Tanah di Bukit Jehing
Keluarga kami mempunyai sebidang tanah warisan dari Kakek Wakip bin Kenarap bin Kenancan yang terletak di Dataran Bukit Jehing Desa Kurungan Jiwa Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.
Pembukaan Lahan
Pada tahun 1956 orang tua kami membuka lahan perkebunan Karet seluas 100 H.A. Seluas 70 H.A dengan cara kolektif dan 30 H.A dengan cara mandiri. Tanaman Karet ini dipilih dikarenakan mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat Lubai, yaitu: salah satu tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk, dan sumber penghasilan bagi petani.
Nama Tanaman
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Hevea, Spesies : Hevea braziliensis
Ciri-ciri tanaman
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut (APP,2008):
Lintasan peristiwa :
Periode 1956 s.d 1960.
Pembukaan lahan perkebunan Karet ini berjalan lancer sesuai rencana, karena orang tua kami didukung oleh masyarakat desa Baru Lubai dan desa Kurungan Jiwa. Untuk biaya pembelian bibit orang kami mendapat pinjaman dari Yayasan Karet yang beralamat di Kota Palembang. Dengan bibit yang unggul serta penanaman yang teratur kebun Karet keluarga kami dapat tumbuh subur. Puncak kebahagiaan orang tua kami yaitu saat melihat Pohon Karet tumbuh semakin besar dan tidak akan lama lagi akan dapat diambil getah. Kedua orangtua saya mencerita peristiwa itu terjadi pada akhir tahun 1960.
Kebakaran kebun Karet
Ada pribahasa lama yaitu Malang tak dapat di tolak, Untung tak dapat diarih. Pribahasa ini menimpa keluarga besar kami. Pada tahun 1961 terjadi kemarau yang sangat panjang. Api sangat mudah untuk membakar rerumputan yang kering kerontang, daun-daun Karet yang berjatuhan.
Penyebab kebakaran
Saat itu disekitar areal perkebunan Karet keluarga kami, ada seseorang membuka lahan untuk dijadikan lading. Entah sengaja ataupun tidak sengaja akibat membakar lahan peladangan, api merambat keareal perkebunnan kami.
Usaha memadam api
Orang tua kami dengan dibantu Kakek Haji Hasan yang sudah sepuh berusaha mematikan api agar tidak membakar keseluruhan areal perkebunan Karet kami. Tapi semua usaha itu sia-sia belaka, dalam sekejap areal perkebunan kami habis dibakar api.
Musnahnya harapan
Dengan terbakar areal perkebunan Karet kami ini, hilang sudah harapan keluarga kami untuk memiliki usaha pertanian yang akan menghasilkan uang setiap bulan dalam jumlah banyak.
Keluarga kami mempunyai sebidang tanah warisan dari Kakek Wakip bin Kenarap bin Kenancan yang terletak di Dataran Bukit Jehing Desa Kurungan Jiwa Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.
Pembukaan Lahan
Pada tahun 1956 orang tua kami membuka lahan perkebunan Karet seluas 100 H.A. Seluas 70 H.A dengan cara kolektif dan 30 H.A dengan cara mandiri. Tanaman Karet ini dipilih dikarenakan mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat Lubai, yaitu: salah satu tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk, dan sumber penghasilan bagi petani.
Nama Tanaman
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Hevea, Spesies : Hevea braziliensis
Ciri-ciri tanaman
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut (APP,2008):
Lintasan peristiwa :
Periode 1956 s.d 1960.
Pembukaan lahan perkebunan Karet ini berjalan lancer sesuai rencana, karena orang tua kami didukung oleh masyarakat desa Baru Lubai dan desa Kurungan Jiwa. Untuk biaya pembelian bibit orang kami mendapat pinjaman dari Yayasan Karet yang beralamat di Kota Palembang. Dengan bibit yang unggul serta penanaman yang teratur kebun Karet keluarga kami dapat tumbuh subur. Puncak kebahagiaan orang tua kami yaitu saat melihat Pohon Karet tumbuh semakin besar dan tidak akan lama lagi akan dapat diambil getah. Kedua orangtua saya mencerita peristiwa itu terjadi pada akhir tahun 1960.
Kebakaran kebun Karet
Ada pribahasa lama yaitu Malang tak dapat di tolak, Untung tak dapat diarih. Pribahasa ini menimpa keluarga besar kami. Pada tahun 1961 terjadi kemarau yang sangat panjang. Api sangat mudah untuk membakar rerumputan yang kering kerontang, daun-daun Karet yang berjatuhan.
Penyebab kebakaran
Saat itu disekitar areal perkebunan Karet keluarga kami, ada seseorang membuka lahan untuk dijadikan lading. Entah sengaja ataupun tidak sengaja akibat membakar lahan peladangan, api merambat keareal perkebunnan kami.
Usaha memadam api
Orang tua kami dengan dibantu Kakek Haji Hasan yang sudah sepuh berusaha mematikan api agar tidak membakar keseluruhan areal perkebunan Karet kami. Tapi semua usaha itu sia-sia belaka, dalam sekejap areal perkebunan kami habis dibakar api.
Musnahnya harapan
Dengan terbakar areal perkebunan Karet kami ini, hilang sudah harapan keluarga kami untuk memiliki usaha pertanian yang akan menghasilkan uang setiap bulan dalam jumlah banyak.
No comments:
Post a Comment